Beragam Tulisan dan Makna

Selasa, 22 Oktober 2019

Mengapa Kita Berkomunikasi dan Mempelajari Komunikasi ?

Mengapa Kita Berkomunikasi dan Mempelajari Komunikasi ?

Mengapa Kita Berkomunikasi dan Mempelajari Komunikasi ?

Gambar 1.1. Ilustrasi Komunikasi

Berkomunikasi? Sebuah cara manusia untuk dapat berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Alasan mengapa kita berkomunikasi adalah kebutuhan manusia. Untuk apa? Dengan berkomunikasi kita dapat menumbuhkan dan mempererat tali persaudaraan, memupuk hubungan dengan orang lain, menyelesaikan tugas-tugas/hal yang penting, menghibur, dan lain-lain. Tidak ada manusia sanggup tidak berkomunikasi. Sadar atau tidak sadar berkomunikasi selalu dilakukan setiap saat dimanapun dan kapanpun dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan pribadi dan kepentingan bersama.

Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja (menurut Shannon dan Weaver). Lantas, mengapa komunikasi perlu dipelajari? Dengan mempelajari komunikasi, kita dapat membangun pengertian/pemahaman bersama, saling mengerti dan memahami antar sesama manusia dari segala aspek kehidupan. Mempelajarinya itu penting karena kita sebagai makhluk sosial, manusia yang hidup bersama dengan orang-orang lainnya di dalam masyarakat yang selalu ingin tahu apa yang terjadi disekitar kita (rasa ingin tahu) untuk memenuhi kepentingan-kepentingan diri kita maupun bagi kepentingan orang lain. 


Selain itu, kita dapat hidup bermasyarakat dengan baik, rukun dan tanpa ada hambatan dalam berkomunikasi. Jikalau, sekalipun ada hambatan/masalah kita bisa menanganinya dengan mencegah hambatan/masalah tersebut dengan membuat suatu perencanaan komunikasi yang baik dan bagaimana membuat komunikasi dapat berjalan efektif dengan mempelajari komunikasi.


Jadi, kita harus mempelajari komunikasi karena semua hal atau pekerjaan apapun selalu membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Dengan tidak memahami atau mempelajari komunikasi maka dapat berakibat kegagagalan dan mengakibatkan berbagai masalah dalam hidup bermasyarakat.

Daftar Pustaka:

Baihaki, Eki. ___. Pengantar Ilmu Komunikasi. http://ekibaihaki.com/page/48277/materi-kuliah.html, (diakses 7 September 2015).
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Edisi Revisi.

*Tulisan ini adalah tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi FISIP UHAMKA, 2015.


Mengenal Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory)

Mengenal Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory)

Gambar 1.1. Grafis Teori Pentrasi Sosial



A. Konseptualisasi Teori Penetrasi Sosial

A.1 Paradigma Teori Penetrasi Sosial

Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Secara umum di dalam teori ini membahas tentang bagaimana proses komunikasi antarpribadi. Teori ini menggambarkan suatu pola pengembangan hubungan, suatu proses yang diidentifikasi sebagai penetrasi sosial. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai teori penetrasi sosial dapat disimpulkan bahwa di dalam teori ini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses sedikit demi sedikit atau masa perpindahan yang harus dilewati sampai tuntasnya sebuah proses penyesuaian itu sendiri, dimana terjadi semacam proses adaptasi diantara keduanya dari asalnya yang dangkal atau tidak intim, menjadi lebih intim. Menurut Altman dan Taylor, Intim dalam artian kedekatan fisik maupun intelektual, emosional dan hingga pada batasan dimana pasangan melakukan aktivitas bersama (West & Turner, 2006). Prosesnya mencakup perilaku verbal seperti kata-kata yang digunakan, perilaku non verbal yaitu postur tubuh, sikap sejauh mana kita tersenyum, dan sebagainya, serta perilaku yang berorientasi pada lingkungan (ruang antara komunikator,objek fisik didalam lingkungan, dan sebagainya).

A.2 Asumsi Teori Penetrasi Sosial

Adapun asumsi dasar dari teori ini yaitu:

1. Hubungan-hubungan berubah dari yang tidak intim menjadi intim
Ketika suatu hubungan tertentu antar individu menjadi berkembang, maka komunikasi akan mengalami perubahan dari yang tidak intim menjadi intim. Seperti halnya Roni yang ditinggalkan pasangan hidupnya, dalam kasus ini iya dipertemukan dengan teman saudaranya yaitu seorang perempuan gadis cantik bernama Rina. Setelah pertemuan itu mereka mengobrol dan berbicara mengenai pribadi masing-masing, bercanda, bergurau hingga berbagi pengalaman yang mengesankan. Dari situlah mulai terjadi suatu pendekatan hubungan. Dalam hal ini, Roni pun masih sedih dengan ditinggalnya sang istri. Perbincangan ini mulanya tidak begitu penting, tetapi sebagaimana pemikiran Roni bahwa perbincangan semacam ini memungkinkan menilai pasangannya yang sudah tiada dan memberikan kesempatan bagi tahapan awal pengembangan hubungannya tersebut. Sejalan dengan waktu, hubungan-hubungan mempunyai kesempatan untuk menjadi lebih intim.
2. Perkembangan hubungan yang sistematis dan terprediksi
Menunjuk pada asumsi yaitu pada contoh tanpa perlu mengetahui situasi dan kondisinya, kita dapat menebak bahwa individu lain selain obyek yang menjalin hubungan penetrasi seperti paham akan semua situasi dan kondisi. Yang diperlihatkan bahwa ia harus mengatasi sifat perasaan (emosional) terhadap pacar nya yang meninggalkannya. Selain itu juga, ia tidak dapat menghindari jikalau bagaimana hubungan mereka berkembang menjadi intim dan selanjutnya mereka, kita dapat menduga bahwa mereka berusaha untuk mengatur perasaan mereka. Kita dapat menduga, pemikiran dan opsi ini disinergikan dengan hubungan komunikasi yang dinamis bergerak secara teratur dan dapat diprediksi. Meskipun kita belum mengetahui seacara pasti arah dari sebuah hubungan itu. Proses inilah cukup teratur dan dapat diprediksi.
3. Perkembangan hubungan depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi
Ketika suatu hubungan tidak berjalan lancer, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Proses ini tidak langsung secara sekaligus terjadi melainkan secara bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar hingga berakhir.
4. Keterbukaan-diri (Self Disclosure)
Pada tahap awal suatu hubungan terjadi saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi, semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah privasi, biasanya keterbukaan ini semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan dans semakin tidak bersifat timbal balik.

B. Kajian Analisis & Studi Kasus

Sebelumnya dikatakan bahwa teori penetrasi sosial merupakan bagian dari teori komunikasi interpersonal yang menggambarkan dan menjelaskan hubungan dimana individu-individu bergerak atau berkembang dari asalnya yang dangkal atau tidak intim, menjadi lebih intim.

Lanjut, mengutip buku dari A First Look at Communication Theory (6th ed) karangan E. Griffin tahun 2006 dijelaskan pula bahwa, adapun empat tahap pengembangan hubungan, yaitu orientasi, pertukaran afektif eksploratif, pertukaran afektif, dan pertukaran yang seimbang. Berdasarkan hasil analisis diungkapkan bahwa di tahap pertama yaitu orientasi, dimana seseorang mengungkapkan informasi yang sangat umum. Tahap kedua yaitu pertukaran afektif eksploratif, dimana seseorang mulai menuju ketingkat yang lebih dalam, misalnya mulai membicarakan pribadi masing-masing. 

Tahap ketiga yaitu pertukaran afektif, seseorang yang mencapai tahap ini sudah mulai memberikan kritik dan saran dalam suatu hubungan. Tahap keempat yaitu pertukaran yang seimbang, tahapan dimana berhubungan dengan pengungkapan pemikiran, perasaan dan perilaku secara terbuka yang mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.

Dalam hal ini, saya menyimpulkan prinsip dasar dalam teori penetrasi sosial ini yaitu pada kajian analisis berikut:

Pertemuan pertama terhadap seorang teman bisa dikatakan Bayu akan menggambarkan tahap orientasi, dimana tiap individu hanya membicarakan hal-hal yang bersifat umum, misalnya membicarakan asal sekolah, tinggal dimana, namanya siapa. Jika dirasa nyambung, maka hubungan tersebut akan ke tahap selanjutnya yaitu tahap pertukaran afektif eksploratif, dimana tiap individu membicarakan pribadi masing-masing, misalnya: membicarakan tentang film favorite. Individu yang merasa nyaman dengan hubungan pertemanan yang dijalaninya, akan berkembang ke tahap pertukaran afektif, dimana tiap individu mulai memberikan kritik atau saran, misalnya kritik: bahwa baju yang dipakai warnanya tidak matching, saran: lebih bagus rambutnya digerai daripada dikuncir.

Setelah melalui ketiga proses tersebut, seseorang merasa nyambung dan nyaman dalam menjalin hubungan, maka hubungan tersebut akan masuk ketahap selanjutnya yaitu tahap pertukaran yang seimbang, dimana hubungan pertemanan tersebut akan terjalin kebersamaan dalam jangka panjang yang bisa dikatakan dengan hubungan persahabatan dan bahkan hubungan lebih dekat dan serius.

Didalam hasil analisis pengamatan pribadi yaitu dalam studi kasus saya disini misalnya pada seseorang si Bayu yang sedang sebelumnya mempunyai sahabat dan kerabat  yang baik-baik setiba saat itu pacar si Bayu pergi meninggalkan Bayu karena sebut saja Jes mencari laki-laki lain. Lalu terjadilah suatu proses pemikiran yang panjang dan luas karena dari efek kejadian tersebut Bayu menjadi gelisah, kuliah nya tidak jalan dengan baik, malas dalam belajar, dan sebagainya. Terjadilah dilema dan pada akhirnya bersifat tertutup dan canggung terhadap orang lain disekitarnya. Hingga dalam waktu tertentu sahabat Bayu yaitu Ando memberikan opsi baik alias orang lain untuk menggantikan Jes mantan Bayu itu yaitu si Annisa yang bertujuan agar Bayu tidak galau, dilema bahkan sedih sepanjang hari nya. Lanjut, Ando mempertemukan Bayu dan Annisa. Dari situ yang mana akan terjadi proses hubungan pendekatan antara Bayu dan Annisa. Alhasil dari situlah mulai terjadi proses penetrasi. Ando berpikir bahwa temannya si perempuannya yaitu Annisa adalah pasangan yang cocok untuk sahabatnya. Dari situlah Bayu mulai bertemu dan berbicara sehabis dipertemukan dengan Ando dan Ando segera pergi meninggalkan mereka berdua karena ada halangan. 

Setelah itu, dihari itu juga dan berikutnya, terjadi proses penetrasi yaitu tahap orientasi, mulai ada nya saling sapa, tahap pendekatan umum yaitu terjadi proses seperti menanyakan nama si perempuan itu, asal sekolah, umur, dan lain sebagainya. Lanjut, tahap pertukaran afektif eksploratif, dirasa Bayu menemukan pendekatan yang baik dengan perempuan yang dikenalnya yaitu Annisa, setelah itu mereka mengobrol membicarakan mengenai pribadi masing-masing seperti Bayu berbicara menanyakan film favorit Annisa, makanan, serta mata kuliah yang disukai ketika berada di kampus. Setelah itu, menunjuk bahwa Bayu yang merasa nyaman dengan hubungan pertemanan yang dijalaninya, akan berkembang ke tahap pertukaran afektif, mulai memberikan kritik atau saran seperti dalam hal ini, Bayu dan Annisa merasa nyaman dalam hal ini membeirkan pengaruh pribadi pada diri masing-masing yaitu mulai adanya kritik dari Bayu ke Annisa kalau Annisa, seperti dalam percakapan dari Bayu untuk Annisa ; “Annisa, kamu kalau keluar rumah dan sedang bepergian tidak boleh memakai jeans ketat, saran Bayu kamu memakai rok panjang ya walaupun kamu sudah pakai kerudung. Jika kamu pakai kerudung, baju lengan panjang dan celana rok panjang pula kamu akan baik dilihatnya dan baik dimata Allah SWT.”

Selanjutnya, terjadi tahap pertukaran yang seimbang, dimana hubungan pertemanan tersebut akan terjalin kebersamaan dalam jangka panjang yang bisa dikatakan dengan hubungan persahabatan dan bahkan hubungan lebih dekat dan serius. Seperti setelah Bayu dan Annisa saling memberikan kritik dan saran tersebut dan merasa sudah nyaman dan dekat mereka saling berbicara, berbagi pengalaman suka dan duka. Dari situlah mulai terjadi proses sedikit demi sedikit/berangsur-angsur hubungan komunikasi yang tadinya dangkal menjadi lebih intim lagi. Intim diartikan pendekatan yang lebih dekat lagi yang diterapkan dalam bentuk penerapan sikap, emosional, dan sebagainya. Yang mana pada akhirnya, Bayu walaupun dia harus melupakan masa lalu nya, ia harus memulai hal baru lagi, membuka lembaran dan kehidupan yang baru, dengan Annisa dengan menjalin hubungan persahabatan bahkan mereka menjalin hubungan lebih eksklusif hingga pernikahan. 

Jadi, Kedekatan kita terhadap orang lain dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi kita terhadap bentuk dan kepribadian kita. Saya menafsirkan kembali bahwa, teori penetrasi sosial menyatakan bahwa berkembangnya suatu hubungan bergerak dari tingkat yang paling umum menuju ke tingkatan yang lebih pribadi. Dengan kata lain, membiarkan orang lain untuk semakin dekat dengan kita. Maka, dalam penelitian dan studi kasus ini sesuai dengan teori ini yang dikatakan bahwa, membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Altman dan Taylor mengatakan bahwa manusia memiliki layer atau lapisan seperti  bawang merah. Jika lapisan pertama sudah dikupas maka akan ada lagi lapisan dibawahnya,  jika lapisan kedua dan seterusnya dikupas. Hal yang sama juga terjadi pada sebuah interaksi antara individu, jika informasi yang paling luar sudah didapatkan maka akan ada lagi lapisan informasi dibawahnya, dan seterusnya.

Perlu juga digarisbawahi bahwa tidak serta merta semua informasi, pengalaman yang privat menjadi harus terbuka terhadap orang lain dalam hal pendekatan penetrasi sosial ini seperti halnya jika individu terlalu membukan privasinya, maka diwaktu lain akan sulit untuk menjaga privasinya tersebut. Teori Penetrasi Sosial tetap memiliki batasan permanen yang menjaga kedekatan hubungan antar individu-individu dalam berinteraksi. Karena ketika informasi diri yang notabennya dibuka atau diungkapkan, maka akan sulit menutupi kembali hal-hal yang bersifat privasi, dan akan memerlukan waktu yang lama untuk melakukannya.


Daftar Pustaka:

Griffin, E. 2006. A First Look at Communication Theory (6th ed). Boston, MA: McGraw Hill.

West, Richard & Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Ed. III. Jakarta: Salemba Humanika.

*Tulisan ini adalah tugas mata kuliah Teori Komunikasi FISIP UHAMKA, 2016.