Beragam Tulisan dan Makna

Sabtu, 24 Februari 2018

Peneguhan Jati Diri Kader Ikatan; Membangun Progresivitas Gerakan 54 Tahun IMM di Era Disruption

Peneguhan Jati Diri Kader Ikatan; Membangun Progresivitas Gerakan 54 Tahun IMM di Era Disruption

Peneguhan Jati Diri Kader Ikatan; Membangun Progresivitas Gerakan 54 Tahun IMM di Era Disruption

Gambar; ilustrasi

Oleh: IMMawan Ihsan Nursidiq* dan IMMawan Bayujati Prakoso**

“Jangan hendaknya lupa, bahwa tugas pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu, apalagi lewat diktat-diktat usang yang semakin tipis, tapi adalah juga mengerjakannya dalam pribadi dan mengamalkannya dalam masyarakat. Juga mencetak kepribadian seorang sarjana, menjadi pribadi yang berakhlak, bercita-cita tinggi, bertanggung jawab, luas pandangan.”
Farid Fathoni dalam Amirullah, IMM Untuk Kemanusiaan; Dari Nalar ke Aksi. Hlm. 108

     Perjuangan pergerakan mahasiswa di era-21 ini telah dihadapkan dengan segala kompleksitas yang ada. Percaturannya di segala aspek kehidupan mulai menjadi topik yang tak pernah absen dalam perjalanan kehidupan mahasiswa. Dinamika sosial yang semakin komplek di masyarakat seakan merengek kepada dunia dimana, masyarakat harus dihadapkan dengan konflik internal yang tak kunjung usai. Kondisi ekonomi yang mengalami kejomblangan yang teramat jauh telah merusak sendi kemakmuran masyarakat. Konstelasi poltik yang berderu semakin panas bagaikan sebuah perlombaan pacuan kuda, dimana sikut menyikut antara lawan politik yang tajam bahkan sampai pada kontak fisik terjadi di bumi Indonesia ini.
Pergerakan mahasiswa identik dengan sebuah corak berpikirnya masing-masing. Setiap organisasi pergerakan pasti memiliki landasan-landasan ideal sebagai penuntun dalam bersikap maupun bertindak. Dalam hal ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan salah satu eksponen Muhammadiyah yang bergerak di ranah kemahasiswaan. Sebagai organisasi otonom atau under bow-nya Muhammadiyah, IMM bergerak berdasar pada landasan-landasan filosofis yang disematkan dengan Ideologi Muhammadiyah. Sehingga IMM sebagai organisasi mahasiswa Islam turut berjuang sebagai mana apa yang digariskan oleh Muhammadiyah.
Abad ke-21, yang kini memasuki era Disruption. Era Disruption atau disebut disrupsi adalah sebuah era dimana perkembangan dalam segala lini kehidupan seperti dalam segi teknologi startup, perkembangan ilmu dan sebagainya terus berkembang dengan cepatnya, termasuk didalamnya inovasi-inovasi. Artinya, perkembangan segala bidang dalam kehidupan sampai-sampai tidak terlihat kapan perubahan itu dibuat dan dikonsep, dengan alasan sangat cepatnya kemajuan peradaban yang didukung perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang. Maka, dalam hal ini IMM sebagai organisasi kemahasiswaan Islam merespon era ini dengan bijak. IMM harus mampu maju dan berkembang dalam segi akal (fikiran), dalam hal ilmu pengetahuan. Yang mana ilmu pengetahuan itu didapat tidak sekadar disiplin latarbelakang ilmu masing-masing kader IMM yang diampu di saat kuliahnya saja. Melainkan didapat dari berbagai referensi, literatur, diskusi-diskusi, dan sebagainya. Termasuk didalamnya akhlak, moral, etika yang harus tetap dipegang teguh oleh setiap kader IMM. Itulah IMM sebagai basis gerakan intelektual yang memahami konteks keilmuan (ilmu pengetahuan secara universal). 
Selanjutnya, dengan era kini, menjadikan IMM, sebagai organisasi kian berkembang dengan kemajuan IPTEK nya yang sangat cepat. Mulai dari perkembangan paradigma berfikir (teori-konsep) yang dapat diwujudkan dengan inovasi-inovasi dari kader IMM dalam menjalani urusan internal, hingga praksis gerakan. Didukung dengan perkembangan IPTEK dalam berbagai hal, IMM haruslah menjawab tantangan zaman ini. Dengan tantangan di era disrupsi inovasi inilah menjadikan kader IMM harus selalu responsif dan progresif gerakannya. Maka, hemat kami penting bahwa IMM, sebagai gerakan mahasiswa Islam yang sudah berkiprah yang menuju usianya ke 54 tahun ini, harus selalu berdiri dan tegak menjalankan misi dakwah nya. 
Kemudian, menjadi sebuah konsekuensi bersama diusianya IMM kini, menjadi harapan seluruh kader IMM mampu memberikan yang terbaik untuk ummat. Penting, yang menurut hemat penulis dalam membangun gerakan IMM ke-54 tahun ditengah arus disrupsi inovasi menjalankan hal-hal sebagai berikut;
Pertama, Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi gerakan pamungkas dari Muhammadiyah dalam mengentaskan permasalahan umat. Dalam hal ini IMM pun demikian, Tri Kompetensi menjadi sebuah batu acuan dalam Ber-amar ma’ruf nahi munkar. Intelektualitas sebagai corong dalam memecahkan masalah kebodohan, terutama di ruang lingkup kampus. Penyadaran-penyadaran eksistensi seorang mahasiswa amat penting sebagai proses katalisator perjuangan. Religiusitas menjadi tonggak utama dalam berkhidmat di jalan Islam. Kajian-kajian keagamaan, dalam upaya menginternalisasikan nilai Islam menjadi gerakan sentral yang berdaya dombarak tinggi mengentas permasalah umat secara holistik. Humanisasi sebagai produk riil dalam kehidupan sosial adalah bukti dari perjuangan praksis amar ma’ruf nahi munkar. Konektivitas yang dibangun lewat kehidupan sosial ini diupayakan agar IMM dapat menjadi sumber rujukan utama di masyarakat dalam menghadapi persamasalah sosial.
Namun hal tersebut tidaklah bisa terwujud dengan mudah. Permasalahan di zaman yang semakin canggih ini, mahasiswa semakin kehilangan identitas dirinya sebgai agent of change, terjadinya reduksi peran dalam mahasiswa diakibatkan oleh serangkaian kegiatan mahasiswa yang terjebak pada sistem kampus yang ajeg, terkadang menjadi faktor lulusan-lulusan mahasiswa yang masih prematur. Lulusan mahasiswa baik dari PTN maupun PTS masih belum bisa memilki daya pendobrak yang masif di masyarakat. 
IMM harus menyadari kondisi ini, bahwa mahasiswa harus bangkit dari keterpurukannya. Sifat humanis haruslah terbangun sejak dini, pemupukan rasa tanggungjawab dalam peran mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik, menyadarkan akan pentinganya mendorong segenap element mahasiswa untuk bergerak melawan ketidakadilan dan ketidaksesuaian sistem serta upaya untuk menyatukan suara mahasiswa sebagaimana peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Kedua, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi panutan bagi sekian pergerakan mahasiswa yang ada. Tujuan dan cita-cita IMM tidak akan terealisir tanpa adanya sebuah semangat untuk bangkit. Bangkit adalah langkah awal untuk bergerak, kader-kader angkatan muhammadiyah harus memiliki spirit yang loyal pada persyarikatan. Loyalitaslah yang menjaga keutuhan sebuah organisasi. Dalam ber-IMM hendaknya kader telah dididik dengan nilai dasar juang yang utama yaitu dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
     Ketiga, Tidak lupa dengan proses internalisasi ideologi menjadi instrumen utama untuk melahirkan kader yang loyal dan militan. Tidaklah akan didapati kader yang loyal manakala dia tidak mengenal IMM, tidaklah akan militan seorang kader jika tidak merasakan manis pahitnya perjuangan dalam IMM. Sungguh berat menjadi kader Muhammadiyah itu, ragu dan bimbang lebih baik pulang, sebuah idiom yang terkenal dari panglima pertama Indonesia Jendral Soedirman mengingatkan kita untuk senantiasa bersungguh-sungguh terutama berjuang di Muhammadiyah terkhusus IMM sebagai gerakan mahasiswa Islam Muhammadiyah. 
     Keempat, aktualisasi nilai-nilai spiritualitas yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah harus tetap dipegang teguh keutuhan dan kemurnian ajaran Islam sendiri oleh setiap generasi bangsa, termasuk seorang mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki spirit perjuangan, juga sebagai intelektual Muhammadiyah dalam membangun peradaban sudah sepantasnya menjadi generasi selanjutnya yang bisa dikatakan sebagai “penggerak perubahan” peradaban bangsa Indonesia. 
     Kelima, peradaban dapat diwujudkan dengan dakwah, karena dakwah adalah proses perubahan perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan lurus, dari yang buruk menjadi baik. Semua itu dilakukan dengan dakwah sebetulnya. Dakwah tidak lagi dengan ceramah dimuka umum, atau mimbar masjid. Melainkan dengan berbagai cara dalam mengemas dan menerapkannya. Tinggal bagaimana sebagai kader IMM, pembawa misi dakwah Muhammadiyah sebagai gerakan pencerah tidak berhenti ditengah jalan, bahkan tergerus oleh zaman yang kian demikian kompleks.
      Keenam, sebagai kader IMM, harus memiliki spirit tajdid Muhammadiyah yang sudah diwariskan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Karena dengan begitu, keberlanjutan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang didengungkan dan disemarakan oleh kader ikatan dan persyarikatan menjadi konkret alias nyata. Bukan saja sampai pada tataran konsep, atau bahkan tokoh-tokoh zaman dulu saja yang menjalankan, melainkan terlaksana dari generasi ke generasi. Lebih jauh, jelas Amirullah dalam IMM Untuk Kemanusiaan; Dari Nalar ke Aksi (2016), semangat Kiai Ahmad Dahlan ini tidak boleh terputus oleh sejarah. Tidak hanya proses peniruan tapi juga spirit yang melatarbelakangi lahirnya gerakan itu harus terus dimaknai dan dihidupkan kembali sekuat-kuatnya, tentu saja dengan semangat zaman yang berbeda. Dengan terus menterjemahkan semangat itu dalam konteks kini.
       Yang demikian itu, akan berujung pada membangun peradaban yang berkemajuan sesuai visi dan misi Muhammadiyah sebagai induk dari ikatan (baca: IMM). Maka, disadari oleh setiap kader IMM ini tidak serta merta menjalankan tubuh ikatan dengan euforia dinamika dalam ikatan, melainkan dengan tidak tidak lupa melanjutkan gerakan dakwah dengan semangat yang diwariskan K.H. Ahmad Dahlan. Ruh K.H. Ahmad Dahlan sebagai pelopor persyarikatan yang banyak menginspirasi dan menjadikan peradaban kian berkemajuan ini. Maka, sudah tentu, kader IMM haruslah berkemajuan; pemikirannya, perilakunya, akhlak, moral, sehingga keberadaannya dirasakan oleh masyarakat.
    Ketujuh, gerakan IMM yang sejatinya haruslah autentik. Artinya, gerakan IMM yang autentik (murni) harus menjadi dasar orientasi perjuangan. Autentik yang dimaksud adalah nilai-nilai IMM (Tujuan, Tri Kompetensi Dasar, Trilogi, Nilai Dasar Ikatan, Profil Kader Ikatan, Identitas IMM, 6 Penegasan IMM, Semboyan, Slogan) dengan bentuk gerakan dapat diwujudkan.
     Selanjutnya, Ahmad Sholeh dalam bukunya yang berjudul IMM Autentik; Melacak Autentisitas & Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (2017) mengatakan, membumikan IMM autentik adalah upaya pemurnian (purifikasi) nilai-nilai perjuangan IMM dari tawaran zaman yang semakin pragmatis dan meterialistis. Dan juga upaya pembaruan (tajdid) terhadap pola-pola pendekatan dakwah, gerakan sosial, dan perkaderan yang setidaknya mampu menjawab dinamika kekinian dan mewujudkan tatanan kehidupan lebih bernilai. Hal itu kemudian bisa dilakukan dengan pengkajian dan penggalian secara mendalam terhadap cita-cita IMM secara universal, tujuan IMM, dan jejak langkah perjuangan IMM yang termaktub dalam deklarasi dan nilai-nilai perjuangan IMM. 
      Jangan sampai perjuangan IMM dikesampingkan dan terkubur, jika tidak dilakukan sebagai kader intelektual penggerak perubahan. Ini yang menurut penulis, orientasi gerakan IMM dimaknai dalam uraiannya yang berjudul Melacak Autentisitas & Substansi Kader Ikatan: Sebuah Telaah atas Pemikiran & Gagasan (2017), “Semangat tajdid IMM, dan kemurnian dalam ide, gagasan serta gerakan yang kemudian menjadi konstruksi kader ikatan. Sejalan dengan pernyataan Ahmad Sholeh (2017), “Untuk itu, IMM kemudian perlu melakukan tajdid dan purifikasi, sebagai tradisi gerakan”. Lebih lanjut, pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam IMM Autentik (2017) menegaskan bahwa, “Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka yang bertanggungjawab adalah IMM”. (Sholeh, A, 2017: 7) Bukan tanpa alasan penegasan dari Haedar Nashir terkait IMM, yang mana ini menjadi bahan refleksi bagi kader IMM terkait bagaimana tradisi religiusitas-humanis-intelektualitas menjadi tumpu spirit berkemajuan autentisitas dalam bergerak. Maka, penulis mengkolaborasikan ide-ide, gagasan Amirullah & Ahmad Sholeh terkait bagaimana kepekaan seorang kader yang disuguhkan pada tradisi jangka pendek, yang kemudian terefleksikan dengan semangat tajdid yang pada akhirnya pada purifikasi dengan upaya pemurnian ide-ide gerakan (pengembalian) nilai-nilai IMM dan cita-cita luhur K.H. Ahmad Dahlan. Dengan mengembalikan khittah perjuangan IMM didasari nilai-nilai tersebut menjadi sebuah formula yang mencerahkan dalam melandasi kader IMM dalam bergerak. Tentunya, hal tersebut menjadi nadi dan nafas kader IMM dalam bergerak, hingga berdiaspora (diaspora kader).”
   Akhir kata, diusianya IMM menuju 54 tahun ini, kader IMM harus mampu menerjemahkan intelektual Muhammadiyah. Karena IMM, sebagai sayap Muhammadiyah, haruslah dibarengi kapasitas intelektual seperti para pendahulu dan tokoh-tokoh Muhammadiyah kini yang membangun dan memajukan bangsa dengan baik. Menjadi kader yang siap dalam kapasitas spiritualitas, intelektualitas. Sebelum mencapai ranah kemasyarakatan yakni menciptakan gerakan sosial di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. IMM haruslah bergerak. Bukan lagi menunggu lagi. Tapi, sudah menjadi komitmen dan konsekuensi bersama membangun ikatan, dengan gerakan fastabiqul khairat, dan memiliki slogan “Anggun dalam moral, Unggul dalam intetelektual” menjadi sebuah citra diri yang positif dan sebagai kaum intelektual muda yang terjun dengan wajah yang memasyarakat. Sehingga kehadiran IMM dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Ditunggu kehadirannya dan diterima dikalangan masyarakat. Terlebih, heterogenitas masyarakat kian menampakan kehadirannya. Dan lebih jauh, sejatinya kader IMM haruslah siap mengemban misi dakwah yang diwariskan Kiai Dahlan dan menjalankan rumusan-rumusan (baca; nilai-nilai IMM) yang sudah diwarisi oleh para founding fathers, dan bergerak dengan mengindahkan segala hukum, aturan yang berlaku, serta meneruskan tampuk kepemimpinan berikutnya di persyarikatan, bangsa dan negara tercinta, Indonesia. Wallahu A'lam Bishawab.

_____________________________________________
* Sekretaris Bidang Hikmah PC IMM Kab. Sukoharjo Periode 2017-2018
** Ketua Bidang Organisasi PK IMM FISIP UHAMKA Jakarta Selatan Periode 2017-2018
Literasi Kita | Beragam Tulisan & Makna

Literasi Kita | Beragam Tulisan & Makna

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet nostrum imperdiet appellantur appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

Subscribe to our newsletter

(Get fresh updates in your inbox. Unsubscribe at anytime)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar