Beragam Tulisan dan Makna

Kamis, 26 April 2018

IMM: Kader IMM (Galau) Identitas, Antara Yakin atau Tidak?

IMM: Kader IMM (Galau) Identitas, Antara Yakin atau Tidak?



IMM: Kader IMM (Galau) Identitas, Antara Yakin atau Tidak?

Oleh; IMMawan Muhammad Ilham* dan IMMawan Bayujati Prakoso**

Dialog ini bermula dengan keresahan penulis sebagai kader IMM itu sendiri. Bukan bermaksud mengklaim sepihak terhadap kondisi realita kader IMM, namun perlunya pemahaman mendalam dari seluruh pihak, dan dijadikan landasan untuk bergerak.

Ya atau tidak. Yakin atau tidak yakin. Mengenai pemahaman, pengalaman, yang membentuk kepribadian menjadi sesuai apa yang dibentuk. Apa yang dibentuk itu adalah identitas. Itulah proses pembentukan kepribadian menjadi identitas. Sama halnya, proses perjalanan kader IMM dalam penguatan jati diri ikatan yang diarahkan sesuai apa yang diharapkan.

Kader IMM diharapkan tidak diperdebatkan atau dirumitkan pada persoalan yang sebenarnya sudah diketahui, bahkan dipahami secara teori, melainkan harus berupaya dari pemahaman dalam menjalani IMM ini perlu diaplikasikan dengan baik, konsisten, dan memberikan hubungan saling pengertian dikalangan kader IMM itu sendiri.

Sebagaimana Sholeh dalam IMM Autentik: Melacak Autentisitas dan Substansi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (2017), menegaskan bahwa “IMM diharapkan mampu menjadi prototipe gerakan mahasiswa yang ideal. Ideal dalam hal gerakan dan kaderisasi. Berbagai gagasan dan ide-ide gerakan baru, muncul mengemuka dalam berbagai ekspresi. Yang kadang (kebanyakan saat ini) lebih bersifat jangka pendek, seremonial, dan minim refleksi.

Dari kutipan diatas menggambarkan adanya disfungsi atau kesalahan dalam memahami fungsi IMM dalam menjalani tampuk pimpinannya. Seperti pada persoalan dibawah ini;

Pertama, Kader IMM menjadi down/turun semangat ber-IMM dengan alasan seperti ketua bidang menjadi pusat segala sesuatu (konseptor-eksekutor). Jangan patah semangat ketika sudah tahu kondisi sedang tidak membaik alias terpuruk, dan sehabis itu diam saja karena keterpurukan itu.

Lebih lanjut, penulis pikir akan banyak konflik-konflik dan permasalahan yang dihadapi oleh organisasi. Maka, hemat kami, lakukanlah dan jalanilah walau itikad dan niat sudah baik dan sudah benar namun sedikit yang mendukung dan menjalaninya. Asal sesuai dengan koridor (aturan-aturan keadministrasian IMM). Karena dengan begitu, harmonisasi, spirit untuk berjuang dalam ikatan menjadi semakin membara, dan kita akan terbentuk menjadi kader yang siap ditempa atau dibenturkan dengan berbagai persoalan yang ada. Kemudian, menjadikan diri ini menjadi kuat, dan makna militansi kader ikatan akan hadir dalam diri kader IMM.

Kedua, terkadang sebagian kader IMM (mungkin) masih berpandangan Musyawarah Komisariat adalah ruang atau ajang yang ditakuti, agenda yang menyeramkan, ajang balas dendam, ajang menjatuhkan satu sama lain, takut ditanyakan dan takut tidak bisa menjawab karena tidak terlaksananya program kerja yang sudah disusun dan direncanakan sebelumnya. Padahal, Musyawarah Komisariat memiliki substansi yang sangat mendalam, yakni terkait proses evaluasi, regenerasi kedepan, dan strategi menuju kedepannya.

Ketiga, bagaimana fokus organisasi bukan pada program kerja semata, atau bisa disebut orientasi program kerja, melainkan fokus pada upaya menyelami makna rumusan dan cita-cita IMM itu sendiri lalu diterapkan dalam ber-IMM dan kehidupan sosial masyarakat.

Keempat, terkadang masih banyak pengurus IMM masih malu untuk bertanya mengenai IMM, dengan kemungkinannya sikap gengsi, merasa menjadi tinggi. Hemat kami, menyebut membatasi pemahaman diri. Yang kemudian, lebih jauh dapat menjadi salah arah atau disorientasi memaknai nilai-nilai IMM dalam gerakan dan dakwah nya.

Hikmah yang dapat diambil dari hal diatas, adalah kurangnya pemerataan pemahaman mengenai IMM lebih mendalam terkait persoalan-persoalan diatas.

Akhir kata, IMM bukan pada menunggu, juga identitas kader IMM yang tercermin dan termaktub dalam nilai-nilai IMM bukan sampai pada tataran mengetahui saja, melainkan berfikir holistik dan menyeluruh dalam membaca dan menafsirkan makna IMM. Bukan lagi melulu membahas persoalan internal yang kian kunjung usai. Melainkan, pada upaya individuasi kader dalam memahami Ideologi IMM (nilai-nilai IMM). Yang demikian semua itu perlu diselami mendalam, lalu difikirkan-dimaknai-dilakukan sebagai proses ijtihad militansi kader ikatan. Wallahu A'lam Bishawab.

______________________________________
*Ketua Bidang Seni Budaya & Olahraga PK IMM FISIP UHAMKA Jakarta Selatan Periode 2017-2018
**Ketua Bidang Organisasi PK IMM FISIP UHAMKA Jakarta Selatan Periode 2017-2018

Sabtu, 24 Februari 2018

Peneguhan Jati Diri Kader Ikatan; Membangun Progresivitas Gerakan 54 Tahun IMM di Era Disruption

Peneguhan Jati Diri Kader Ikatan; Membangun Progresivitas Gerakan 54 Tahun IMM di Era Disruption

Peneguhan Jati Diri Kader Ikatan; Membangun Progresivitas Gerakan 54 Tahun IMM di Era Disruption

Gambar; ilustrasi

Oleh: IMMawan Ihsan Nursidiq* dan IMMawan Bayujati Prakoso**

“Jangan hendaknya lupa, bahwa tugas pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu, apalagi lewat diktat-diktat usang yang semakin tipis, tapi adalah juga mengerjakannya dalam pribadi dan mengamalkannya dalam masyarakat. Juga mencetak kepribadian seorang sarjana, menjadi pribadi yang berakhlak, bercita-cita tinggi, bertanggung jawab, luas pandangan.”
Farid Fathoni dalam Amirullah, IMM Untuk Kemanusiaan; Dari Nalar ke Aksi. Hlm. 108

     Perjuangan pergerakan mahasiswa di era-21 ini telah dihadapkan dengan segala kompleksitas yang ada. Percaturannya di segala aspek kehidupan mulai menjadi topik yang tak pernah absen dalam perjalanan kehidupan mahasiswa. Dinamika sosial yang semakin komplek di masyarakat seakan merengek kepada dunia dimana, masyarakat harus dihadapkan dengan konflik internal yang tak kunjung usai. Kondisi ekonomi yang mengalami kejomblangan yang teramat jauh telah merusak sendi kemakmuran masyarakat. Konstelasi poltik yang berderu semakin panas bagaikan sebuah perlombaan pacuan kuda, dimana sikut menyikut antara lawan politik yang tajam bahkan sampai pada kontak fisik terjadi di bumi Indonesia ini.
Pergerakan mahasiswa identik dengan sebuah corak berpikirnya masing-masing. Setiap organisasi pergerakan pasti memiliki landasan-landasan ideal sebagai penuntun dalam bersikap maupun bertindak. Dalam hal ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan salah satu eksponen Muhammadiyah yang bergerak di ranah kemahasiswaan. Sebagai organisasi otonom atau under bow-nya Muhammadiyah, IMM bergerak berdasar pada landasan-landasan filosofis yang disematkan dengan Ideologi Muhammadiyah. Sehingga IMM sebagai organisasi mahasiswa Islam turut berjuang sebagai mana apa yang digariskan oleh Muhammadiyah.
Abad ke-21, yang kini memasuki era Disruption. Era Disruption atau disebut disrupsi adalah sebuah era dimana perkembangan dalam segala lini kehidupan seperti dalam segi teknologi startup, perkembangan ilmu dan sebagainya terus berkembang dengan cepatnya, termasuk didalamnya inovasi-inovasi. Artinya, perkembangan segala bidang dalam kehidupan sampai-sampai tidak terlihat kapan perubahan itu dibuat dan dikonsep, dengan alasan sangat cepatnya kemajuan peradaban yang didukung perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang. Maka, dalam hal ini IMM sebagai organisasi kemahasiswaan Islam merespon era ini dengan bijak. IMM harus mampu maju dan berkembang dalam segi akal (fikiran), dalam hal ilmu pengetahuan. Yang mana ilmu pengetahuan itu didapat tidak sekadar disiplin latarbelakang ilmu masing-masing kader IMM yang diampu di saat kuliahnya saja. Melainkan didapat dari berbagai referensi, literatur, diskusi-diskusi, dan sebagainya. Termasuk didalamnya akhlak, moral, etika yang harus tetap dipegang teguh oleh setiap kader IMM. Itulah IMM sebagai basis gerakan intelektual yang memahami konteks keilmuan (ilmu pengetahuan secara universal). 
Selanjutnya, dengan era kini, menjadikan IMM, sebagai organisasi kian berkembang dengan kemajuan IPTEK nya yang sangat cepat. Mulai dari perkembangan paradigma berfikir (teori-konsep) yang dapat diwujudkan dengan inovasi-inovasi dari kader IMM dalam menjalani urusan internal, hingga praksis gerakan. Didukung dengan perkembangan IPTEK dalam berbagai hal, IMM haruslah menjawab tantangan zaman ini. Dengan tantangan di era disrupsi inovasi inilah menjadikan kader IMM harus selalu responsif dan progresif gerakannya. Maka, hemat kami penting bahwa IMM, sebagai gerakan mahasiswa Islam yang sudah berkiprah yang menuju usianya ke 54 tahun ini, harus selalu berdiri dan tegak menjalankan misi dakwah nya. 
Kemudian, menjadi sebuah konsekuensi bersama diusianya IMM kini, menjadi harapan seluruh kader IMM mampu memberikan yang terbaik untuk ummat. Penting, yang menurut hemat penulis dalam membangun gerakan IMM ke-54 tahun ditengah arus disrupsi inovasi menjalankan hal-hal sebagai berikut;
Pertama, Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi gerakan pamungkas dari Muhammadiyah dalam mengentaskan permasalahan umat. Dalam hal ini IMM pun demikian, Tri Kompetensi menjadi sebuah batu acuan dalam Ber-amar ma’ruf nahi munkar. Intelektualitas sebagai corong dalam memecahkan masalah kebodohan, terutama di ruang lingkup kampus. Penyadaran-penyadaran eksistensi seorang mahasiswa amat penting sebagai proses katalisator perjuangan. Religiusitas menjadi tonggak utama dalam berkhidmat di jalan Islam. Kajian-kajian keagamaan, dalam upaya menginternalisasikan nilai Islam menjadi gerakan sentral yang berdaya dombarak tinggi mengentas permasalah umat secara holistik. Humanisasi sebagai produk riil dalam kehidupan sosial adalah bukti dari perjuangan praksis amar ma’ruf nahi munkar. Konektivitas yang dibangun lewat kehidupan sosial ini diupayakan agar IMM dapat menjadi sumber rujukan utama di masyarakat dalam menghadapi persamasalah sosial.
Namun hal tersebut tidaklah bisa terwujud dengan mudah. Permasalahan di zaman yang semakin canggih ini, mahasiswa semakin kehilangan identitas dirinya sebgai agent of change, terjadinya reduksi peran dalam mahasiswa diakibatkan oleh serangkaian kegiatan mahasiswa yang terjebak pada sistem kampus yang ajeg, terkadang menjadi faktor lulusan-lulusan mahasiswa yang masih prematur. Lulusan mahasiswa baik dari PTN maupun PTS masih belum bisa memilki daya pendobrak yang masif di masyarakat. 
IMM harus menyadari kondisi ini, bahwa mahasiswa harus bangkit dari keterpurukannya. Sifat humanis haruslah terbangun sejak dini, pemupukan rasa tanggungjawab dalam peran mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik, menyadarkan akan pentinganya mendorong segenap element mahasiswa untuk bergerak melawan ketidakadilan dan ketidaksesuaian sistem serta upaya untuk menyatukan suara mahasiswa sebagaimana peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Kedua, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi panutan bagi sekian pergerakan mahasiswa yang ada. Tujuan dan cita-cita IMM tidak akan terealisir tanpa adanya sebuah semangat untuk bangkit. Bangkit adalah langkah awal untuk bergerak, kader-kader angkatan muhammadiyah harus memiliki spirit yang loyal pada persyarikatan. Loyalitaslah yang menjaga keutuhan sebuah organisasi. Dalam ber-IMM hendaknya kader telah dididik dengan nilai dasar juang yang utama yaitu dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
     Ketiga, Tidak lupa dengan proses internalisasi ideologi menjadi instrumen utama untuk melahirkan kader yang loyal dan militan. Tidaklah akan didapati kader yang loyal manakala dia tidak mengenal IMM, tidaklah akan militan seorang kader jika tidak merasakan manis pahitnya perjuangan dalam IMM. Sungguh berat menjadi kader Muhammadiyah itu, ragu dan bimbang lebih baik pulang, sebuah idiom yang terkenal dari panglima pertama Indonesia Jendral Soedirman mengingatkan kita untuk senantiasa bersungguh-sungguh terutama berjuang di Muhammadiyah terkhusus IMM sebagai gerakan mahasiswa Islam Muhammadiyah. 
     Keempat, aktualisasi nilai-nilai spiritualitas yang terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah harus tetap dipegang teguh keutuhan dan kemurnian ajaran Islam sendiri oleh setiap generasi bangsa, termasuk seorang mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki spirit perjuangan, juga sebagai intelektual Muhammadiyah dalam membangun peradaban sudah sepantasnya menjadi generasi selanjutnya yang bisa dikatakan sebagai “penggerak perubahan” peradaban bangsa Indonesia. 
     Kelima, peradaban dapat diwujudkan dengan dakwah, karena dakwah adalah proses perubahan perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan lurus, dari yang buruk menjadi baik. Semua itu dilakukan dengan dakwah sebetulnya. Dakwah tidak lagi dengan ceramah dimuka umum, atau mimbar masjid. Melainkan dengan berbagai cara dalam mengemas dan menerapkannya. Tinggal bagaimana sebagai kader IMM, pembawa misi dakwah Muhammadiyah sebagai gerakan pencerah tidak berhenti ditengah jalan, bahkan tergerus oleh zaman yang kian demikian kompleks.
      Keenam, sebagai kader IMM, harus memiliki spirit tajdid Muhammadiyah yang sudah diwariskan oleh K.H. Ahmad Dahlan. Karena dengan begitu, keberlanjutan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang didengungkan dan disemarakan oleh kader ikatan dan persyarikatan menjadi konkret alias nyata. Bukan saja sampai pada tataran konsep, atau bahkan tokoh-tokoh zaman dulu saja yang menjalankan, melainkan terlaksana dari generasi ke generasi. Lebih jauh, jelas Amirullah dalam IMM Untuk Kemanusiaan; Dari Nalar ke Aksi (2016), semangat Kiai Ahmad Dahlan ini tidak boleh terputus oleh sejarah. Tidak hanya proses peniruan tapi juga spirit yang melatarbelakangi lahirnya gerakan itu harus terus dimaknai dan dihidupkan kembali sekuat-kuatnya, tentu saja dengan semangat zaman yang berbeda. Dengan terus menterjemahkan semangat itu dalam konteks kini.
       Yang demikian itu, akan berujung pada membangun peradaban yang berkemajuan sesuai visi dan misi Muhammadiyah sebagai induk dari ikatan (baca: IMM). Maka, disadari oleh setiap kader IMM ini tidak serta merta menjalankan tubuh ikatan dengan euforia dinamika dalam ikatan, melainkan dengan tidak tidak lupa melanjutkan gerakan dakwah dengan semangat yang diwariskan K.H. Ahmad Dahlan. Ruh K.H. Ahmad Dahlan sebagai pelopor persyarikatan yang banyak menginspirasi dan menjadikan peradaban kian berkemajuan ini. Maka, sudah tentu, kader IMM haruslah berkemajuan; pemikirannya, perilakunya, akhlak, moral, sehingga keberadaannya dirasakan oleh masyarakat.
    Ketujuh, gerakan IMM yang sejatinya haruslah autentik. Artinya, gerakan IMM yang autentik (murni) harus menjadi dasar orientasi perjuangan. Autentik yang dimaksud adalah nilai-nilai IMM (Tujuan, Tri Kompetensi Dasar, Trilogi, Nilai Dasar Ikatan, Profil Kader Ikatan, Identitas IMM, 6 Penegasan IMM, Semboyan, Slogan) dengan bentuk gerakan dapat diwujudkan.
     Selanjutnya, Ahmad Sholeh dalam bukunya yang berjudul IMM Autentik; Melacak Autentisitas & Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (2017) mengatakan, membumikan IMM autentik adalah upaya pemurnian (purifikasi) nilai-nilai perjuangan IMM dari tawaran zaman yang semakin pragmatis dan meterialistis. Dan juga upaya pembaruan (tajdid) terhadap pola-pola pendekatan dakwah, gerakan sosial, dan perkaderan yang setidaknya mampu menjawab dinamika kekinian dan mewujudkan tatanan kehidupan lebih bernilai. Hal itu kemudian bisa dilakukan dengan pengkajian dan penggalian secara mendalam terhadap cita-cita IMM secara universal, tujuan IMM, dan jejak langkah perjuangan IMM yang termaktub dalam deklarasi dan nilai-nilai perjuangan IMM. 
      Jangan sampai perjuangan IMM dikesampingkan dan terkubur, jika tidak dilakukan sebagai kader intelektual penggerak perubahan. Ini yang menurut penulis, orientasi gerakan IMM dimaknai dalam uraiannya yang berjudul Melacak Autentisitas & Substansi Kader Ikatan: Sebuah Telaah atas Pemikiran & Gagasan (2017), “Semangat tajdid IMM, dan kemurnian dalam ide, gagasan serta gerakan yang kemudian menjadi konstruksi kader ikatan. Sejalan dengan pernyataan Ahmad Sholeh (2017), “Untuk itu, IMM kemudian perlu melakukan tajdid dan purifikasi, sebagai tradisi gerakan”. Lebih lanjut, pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam IMM Autentik (2017) menegaskan bahwa, “Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka yang bertanggungjawab adalah IMM”. (Sholeh, A, 2017: 7) Bukan tanpa alasan penegasan dari Haedar Nashir terkait IMM, yang mana ini menjadi bahan refleksi bagi kader IMM terkait bagaimana tradisi religiusitas-humanis-intelektualitas menjadi tumpu spirit berkemajuan autentisitas dalam bergerak. Maka, penulis mengkolaborasikan ide-ide, gagasan Amirullah & Ahmad Sholeh terkait bagaimana kepekaan seorang kader yang disuguhkan pada tradisi jangka pendek, yang kemudian terefleksikan dengan semangat tajdid yang pada akhirnya pada purifikasi dengan upaya pemurnian ide-ide gerakan (pengembalian) nilai-nilai IMM dan cita-cita luhur K.H. Ahmad Dahlan. Dengan mengembalikan khittah perjuangan IMM didasari nilai-nilai tersebut menjadi sebuah formula yang mencerahkan dalam melandasi kader IMM dalam bergerak. Tentunya, hal tersebut menjadi nadi dan nafas kader IMM dalam bergerak, hingga berdiaspora (diaspora kader).”
   Akhir kata, diusianya IMM menuju 54 tahun ini, kader IMM harus mampu menerjemahkan intelektual Muhammadiyah. Karena IMM, sebagai sayap Muhammadiyah, haruslah dibarengi kapasitas intelektual seperti para pendahulu dan tokoh-tokoh Muhammadiyah kini yang membangun dan memajukan bangsa dengan baik. Menjadi kader yang siap dalam kapasitas spiritualitas, intelektualitas. Sebelum mencapai ranah kemasyarakatan yakni menciptakan gerakan sosial di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. IMM haruslah bergerak. Bukan lagi menunggu lagi. Tapi, sudah menjadi komitmen dan konsekuensi bersama membangun ikatan, dengan gerakan fastabiqul khairat, dan memiliki slogan “Anggun dalam moral, Unggul dalam intetelektual” menjadi sebuah citra diri yang positif dan sebagai kaum intelektual muda yang terjun dengan wajah yang memasyarakat. Sehingga kehadiran IMM dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Ditunggu kehadirannya dan diterima dikalangan masyarakat. Terlebih, heterogenitas masyarakat kian menampakan kehadirannya. Dan lebih jauh, sejatinya kader IMM haruslah siap mengemban misi dakwah yang diwariskan Kiai Dahlan dan menjalankan rumusan-rumusan (baca; nilai-nilai IMM) yang sudah diwarisi oleh para founding fathers, dan bergerak dengan mengindahkan segala hukum, aturan yang berlaku, serta meneruskan tampuk kepemimpinan berikutnya di persyarikatan, bangsa dan negara tercinta, Indonesia. Wallahu A'lam Bishawab.

_____________________________________________
* Sekretaris Bidang Hikmah PC IMM Kab. Sukoharjo Periode 2017-2018
** Ketua Bidang Organisasi PK IMM FISIP UHAMKA Jakarta Selatan Periode 2017-2018

Jumat, 12 Januari 2018

Analisis Konten Dakwah di Media Sosial (Studi Kasus Video “Kuatkan Hatiku Untuk Menunggumu” oleh Panji Ramdana di Akun Instagram @melodydalampusisi)

Analisis Konten Dakwah di Media Sosial (Studi Kasus Video “Kuatkan Hatiku Untuk Menunggumu” oleh Panji Ramdana di Akun Instagram @melodydalampusisi)

Sumber Gambar: google.com

Analisis Konten Dakwah di Media Sosial
(Studi Kasus Video “Kuatkan Hatiku Untuk Menunggumu” oleh Panji Ramdana di Akun Instagram @melodydalampusisi)*

oleh:
Bayujati Prakoso
(Mahasiswa Public Relations 2015, Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhamamdiyah Prof. Dr. HAMKA)

Akun Instagram : @melodydalampuisi
Author/Da’i : Panji Ramdana. Seorang Puitis, Penulis Buku, CEO MDP Group, Mahasiswa S-2 Pendidikan Khusus (PKh) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Video “Kuatkan Hatiku Untuk Menunggumu” oleh Panji Ramdana di Akun Instagram @melodydalampusisi

 

Gambar 1: Profil Akun           Gambar 2: Video/Clip                Gambar 3: Caption


Pembahasan:

Isi naskah dalam video/clip “Kuatkan Hatiku Untuk Menunggumu” oleh Panji Ramdana di Akun Instagram @melodydalampusisi:

Kamu tidak bisa menghentikan perasaanmu hanya karena kamu mau,
Sebab cinta...
Bukan sesuatu yang salah untuk kamu perjuangkan,
Namun jujurlah apa yang kamu rasakan,
Perasaan takut sering menyelimuti hatimu kan?
Apakah ia yang kamu tunggu pun menunggumu?
Salahkah jika kamu berharap kalau ia harus segera cepat datang menujumu?
Dengan cemas aku meminta pada-Nya untuk menguatkan benteng penantianku,
Kuatkan hatiku untuk menunggumu,
Aku tahu aku pasti mampu,
Aku percaya pada janji-mu,
Aku percaya pada-Nya

“Jika aku jatuh cinta, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu. Membawaku ke setiap jalan terbaik yang akan aku masuki bersamanya ditemani balutan ilmu. Jadikanlah aku yang mencintainya karena agama yang ada padanya. Mencintai karena-Mu, bersamanya pun karena-Mu”.

Analisis konten dakwah:

Jadi disini, pesan dalam puisis ini memberikan sebuah refleksi dna pemahaman kepad akita bahwa Cinta bukan sesuatu yang harus selalu dilakukan dengan cepat, terburu-buru bahkan dengan ambisi. Tapi, cinta yang sejujurnya karena agama. Cinta bukan sesuatu yang salah untuk diperjuangkan. Kadangkala kita bingung terhadap cinta yang sejatinya seperti apa. Puisi ini memberikan sebuah arah yang jelas arti cinta yang sejaitnya dengan mengatakan bahwa, “Cinta bukan sesuatu yang salah untuk kamu perjuangkan”. Maka, dengan adanya cinta yang sejatinya yang seharusnya mengingatkan diri kepada Sang Maha Pencipta dan Maha Cinta yaitu Allah SWT. Cinta kita haruslah berlandaskan cinta kepada Allah dan Agamanya. Cinta tanpa pondasi agama, ilmu akan rapuh.

Berharap boleh kepada seseorang. Maka puisi ini tidak menafikkan bahwa kita tidak boleh berharap akan cintanya seseorang kepada kita. Jelas, dalam bait puisi, “Dengan cemas aku meminta pada-Nya untuk menguatkan benteng penantianku”, jika dimaknai adalah selayaknya sebagai manusia yang kodratnya saling memiliki dan saling melengkapi, kita sebagai manusia perlu untuk menguatkan iman kita, dalam hal ini sisi religiusitas kita perlu ditingkatkan agar kita tidak goyah terhadap hal-hal dan perbuatan yang membuat iman kita goyah seperti persoalan cinta yang buruk, mendatangkan zina dan sebagainya. Maka, Panji Ramdana dalam puisi ini dengan jelas haruslah menguatkan benteng diri yaitu iman. Benteng diri untuk menciptakan kepantasan diri menjadi diri yang lebih baik lagi, termasuk benteng diri untuk menemukan cinta nya kepada Sang Maha Pemberi Cinta dan kepada makhluk Allah SWT.

Allah SWT menciptakan kita, laki-laki dan perempuan berpasang-pasangan agar mereka saling melengkapi, menyayangi dan mencintai. Dari situ,  makna bait puisi, “Kuatkan hatiku untuk menunggumu, Aku tahu aku pasti mampu, Aku percaya pada janji-mu, Aku percaya pada-Nya”, merujuk pada keberlanjutkan untuk memantaskan diri. Sebuah proses yang harus manusia jalani untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat.
Terkahir, sebuah arti dan makna cinta:
1. Dijalankan dengan landasan agama
2. Mampu dan yakin terhadap diri sendiri
3. Jangan bertindak ceroboh dan ambisius terhadap cinta
4. Mampu mengontrol atau menjaga diri
5. Bersikap bijaksana dan berfikir masa depan terhadap cinta
6. Selayaknya cinta manusia dibubuhi dengan rasa cinta kepada Sang Maha Pemberi Cinta, dengan menguatkan iman, menguatkan dengan proses memantaskan diri, sehingga kepribadiaan akan menjadi lebih bijaksana dan berkualitas dalam meraih cinta-Nya dan cinta makhluk-Nya.

Sarat makna, “Jika aku jatuh cinta, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu. Membawaku ke setiap jalan terbaik yang akan aku masuki bersamanya ditemani balutan ilmu. Jadikanlah aku yang mencintainya karena agama yang ada padanya. Mencintai karena-Mu, bersamanya pun karena-Mu”, Tutup Puisi Panji “Kuatkan Hatiku Untuk Menunggumu”.

Bait akhir dalam puisi tersebut yang pada akhirnya, dengan kemampuan diri dan keteguhan hati dan iman, sebuah cinta diharapkan datang dengan cinta yang hatinya tertaut pada Sang Maha Pemberi Cinta. Dengan agama dan ilmu, sebagai bekal diri untuk mencintai seseorang dengan landasan agama yang kuat. Pondasi agama menjadi diri berjalan lurus dijalan Sang Pemberi Cinta. Kemudian, diharapkan dengan semua itu, akan lahir sikap dan perilaku yang mencintai karena-Mu (Allah SWT), bersamanya (pasangan kita) pun karena-Mu (Allah SWT).

Analisis Pesan:

 
 


Gambar: komentar, tag, re-post video/clip puisi “Kuatkan Hatiku Untuk Menunggumu” oleh Panji Ramdana di Akun Instagram @melodydalampusisi

Terkait pesan yang disampaikan pada video/clip Puisi sangat berefek alias mengena sasaran nya. Sasarannya kebanyakan remaja-remaja, pemuda-pemudi. Terlihat jelas dengan hasil yang melihat video/clip itu kuranglebih 352.377 ribu orang, 98.897 menyukai. Berlanjut untuk konten dakwahnya terlihat berhasil/sukses. Indikator keberhasilan dakwahnya sukses, dilihat dari jumlah komentar yang berumlah kuranglebih 5.292 komentar, tag, serta re-post/mengirim ulang di akun Instagram khalayak/publik. Wallahu A'lam Bishawab.

 _________
  * Tugas matakuliah Komunikasi Penyiaran Islam, Semester 4 Ilmu Komunikasi FISIP UHAMKA 2017

Senin, 01 Januari 2018

Melacak Autentisitas & Substansi Kader Ikatan: Sebuah Telaah atas Pemikiran dan Gagasan

Melacak Autentisitas & Substansi Kader Ikatan: Sebuah Telaah atas Pemikiran dan Gagasan

Melacak Autentisitas & Substansi Kader Ikatan: Sebuah Telaah atas Pemikiran dan Gagasan

Oleh: Bayujati Prakoso[1]

Sumber gambar: google.com

“IMM diharapkan mampu menjadi prototipe gerakan mahasiswa yang ideal. Ideal dalam hal gerakan dan kaderisasi. Berbagai gagasan dan ide-ide gerakan baru, muncul mengemuka dalam berbagai ekspresi. Yang kadang (kebanyakan saat ini) lebih bersifat jangka pendek, seremonial, dan minim refleksi.”
Ahmad Sholeh – IMM Autentik (2017)

A. Verifikasi Pemikiran dan Gagasan Ahmad Sholeh, IMM Autentik (2017)

            Ahmad Sholeh. Ia adalah Ketua Umum PC IMM Jakarta Timur periode 2016-2017. Ia memberikan kontribusi nyata nya di IMM, yakni dengan hadirnya buku IMM Autentik. Hasil buah karya selama menjalani ikatan. Menurutnya, Autentisitas gerakan IMM sejatinya termaktub dalam cita-cita IMM baik yang terkandung dalam semboyan, nilai-nilai perjuangan, tujuan Ikatan, maupun profil kader. Artinya, rumusan-rumusan cita-cita IMM itu dapat terwujud seandainya nilai-nilai autentik yang terkandung di dalam gerakan, baik secara filosofis maupun praktis, bisa diwujudkan. Selanjutnya Sholeh mengatakan, membumikan IMM autentik adalah upaya pemurnian (purifikasi) nilai-nilai perjuangan IMM dari tawaran zaman yang semakin pragmatis dan meterialistis. Dan juga upaya pembaruan (tajdid) terhadap pola-pola pendekatan dakwah, gerakan sosial, dan perkaderan yang setidaknya mampu menjawab dinamika kekinian dan meujudkan tatanan kehidupan lebih bernilai. Hal itu kemudian bisa dilakukan dengan pengkajian dan penggalian secara mendalam terhadap cita-cita IMM secara universal, tujuan IMM, dan jejak langkah perjuangan IMM yang termaktub dalam deklarasi dan nilai-nilai perjuangan IMM. Wallau a’lam.
            Melihat pandangan IMMawan Sholeh, seakan menjadi tamparan keras bagi tubuh ikatan. Persoalan kaderisasi, hingga pada gerakan nya. Menjadi perhatian untuk semua kader IMM. Sholeh (2017) menawarkan dengan Autentisitas (kemurnian) dan substansi gerakan IMM. Yang tentunya perlu digali dan dipahami untuk kemudian dihayati dan dijadikan landasan bergerak. Kesadaran yang dipupuk dikalangan kader IMM perlu digelorakkan, sehingga upaya-upaya kolaboratif, partisipatif akan terlihat dan secara langsung seperti magnet yang menempel dan menarik besi, dimaksudkan kader-kader IMM akan ikut dalam memasifkan pergerakan dalam tubuh ikatan. Yang penulis maknai sebagai, “Kesadaran individu, yang kemudian menjadi kesadaran kolektif.”
            Semangat tajdid IMM, dan kemurnian dalam ide, gagasan serta gerakan yang kemudian menjadi konstruksi kader ikatan.  Sejalan dengan pernyataan Ahmad Sholeh (2017), “Untuk itu, IMM kemudian perlu melakukan tajdid dan purifikasi, sebagai tradisi gerakan”. Lebih lanjut, pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam  IMM Autentik (2017) menegaskan bahwa, “Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka yang bertanggungjawab adalah IMM”. (Sholeh, A, 2017: 7) Bukan tanpa alasan penegasan dari Pak Haedar Nashir terkait IMM, yang mana ini menjadi bahan refleksi bagi kader IMM terkait bagaimana tradisi religiusitas-humanis-intelektualitas menjadi tumpu spirit berkemajuan autentisitas dalam bergerak. Maka, penulis mengkolaborasikan ide-ide, gagasan Amirullah & Ahmad Sholeh terkait bagaimana kepekaan seorang kader yang disuguhkan pada tradisi jangka pendek, yang kemudian terefleksikan dengan semangat tajdid yang pada akhirnya pada purifikasi dengan upaya pemurnian ide-ide gerakan (pengembalian) nilai-nilai IMM dan cita-cita luhur K.H. Ahmad Dahlan. Dengan mengembalikan khittah perjuangan IMM didasari nilai-nilai tersebut menjadi sebuah formula yang mencerahkan dalam melandasi kader IMM dalam bergerak. Tentunya, hal tersebut menjadi nadi dan nafas kader IMM dalam bergerak, hingga berdiaspora (diaspora kader).
            Maka, sangat disayangkan kader IMM yang belum memaknai ruh gerakan IMM yang murni (pemaknaan hingga praksis gerakan IMM) dalam nilai-nilai IMM. Artinya, sebagai cendekiawan haruslah mampu menerjemahkan nilai-nilai luhur IMM dan cita-cita K.H. Ahmad Dahlan., sehingga upaya-upaya kesadaran IMM Autentik ini tidak sekadar wacana, terlebih tidak putus pada pemahaman sang penulis gagasan tersebut, melainkan tersemat dalam diri kader ikatan dimanapun berada, dengan sebuah konsep gerakan yang massif dan memiliki andil kuat dalam mengemban dakwah pencerahan sesuai tujuan Muhammadiyah.
            Sejatinya di dalam Anggaran Dasar sudah sewajarnya sebagai kader IMM secara langsung untuk mengaplikasikan tujuan tersebut dalam sebuah program yang berorientasi pada Amar ma’ruf nahi munkar. Selaras dengan itu, “IMM pada masa sekarang dihadapkan pada persoalan kebangsaan yang semakin tidak kondusif”, (Qorib, M, et al, 2015: 19). Artinya bahwa persoalan demi persoalan hingga kini yakni pada persoalan kebangsaan menyangkut pemahaman kader-kader IMM pada kepekaan sosial kemasyarakatan, juga dilandasi oleh nilai-nilai murni IMM, lagi-lagi masih jauh dari harapan.
            Meninjau dalam tataran konseptual, IMM memiliki sebuah nilai-nilai yang sangat komprehensif. Nilai-nilai ikatan yaitu Tri Komptenesi Dasar IMM yaitu Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas. Trilogi IMM yaitu Keagamaan, Kemasyarakatan, Kemahasiswaan. Disadari atau tidak, IMM memiliki konsep yang khas dibanding pola gerakan lain. Ini yang sebetulnya, IMM harus berdiri dengan kokoh ditengah dinamika zaman, merespons berbagai persoalan yang hadir karena IMM lahir bukan untuk eksistensi, melainkan untuk kontribusi nyata untuk ummat. Sebuah respon sosial dan kebangsaan, tidak terlepas jika kita memahami awal terbentuknya dan sejarah perjuangan, maupun pergerakan IMM. Hanya saja, pada saat sekarang penulis dan semua kader IMM pun sekiranya menyadari bahwa ketiga dasar yaitu Tri Komeptensi Dasar dan Trilogi Ikatan dalam pelaksanaannya masih belum sampai pada harapan yang lebih nyata.
            Selain itu, jika ditelisik lain daerah, lain pula keunggulan dan permasalahan yang dialami, mulai dari tingkat komisariat sampai tingkat Dewan Pimpinan Pusat. Jika penulis lihat di dalam tataran komisariat penulis pun melihat sekiranya pemahaman akan ideologis dan gerakan IMM masih pada tataran mengetahui dan mengetahui serta menjalankan program kerja-program kerja saja tanpa adanya output yang nyata, bahkan berkelanjutan dalam menjalankannya. Output yang jelas disini yakninya memberikan sumbangsih kepada ummat dalam segi kebutuhan yang diperlukan. Hanya seolah menjadi Event Organizer dalam sebuah acara-acara saja. Di buktikan kembali, jika dilihat pemahaman tentang ke-IMMan pun seorang kader IMM yang penulis lihat, belum berada dalam taraf ia menjadi seorang kader yang militan. Tidak sedikit yang kurang memahami arti IMM itu sendiri padahal mereka sudah melewati jenjang perkaderan, Darul Arqam Dasar hingga menjadi Pengurus.
            Artinya, pernyataan-pernyataan diatas, muatan substansi tubuh ikatan yang autentik itu belum dipahami mendalam oleh sebagian kader IMM. Jika kita melihat realitas hingga kini, kajian/diskusi tentang ikatan khususnya dalam gerakan ikatan sangat minim. Militansi kader diwujudkan dalam bentuk tradisi intelektual masih tergolong minim. Penulis sebut dengan kering intelektualitas kader. Padahal, Ahmad Sholeh di dalam bukunya IMM Autentik (2017) mengatakan, IMM mampu menghasilkan ‘sesuatu’ alias produk intelektualnya. Maka, agenda-agenda mengaksikan slogan IMM adalah sebuah konsekuensi logis untuk mewujudkan cita-cita besar IMM. Oleh karena itu, identitas IMM yang niscaya terefleksikan dalam praksis gerakan IMM, dan menurut IMMawan Sholeh di dalam IMM Autentik (2017) dalam merespons realitas, kader IMM memiliki bekal fondasi teologis (Al-Quran dan sunah) serta fondasi teoritis (logis, reflektif, metodis), yang sejalan dengan kebutuhan zaman. Terakhir, semua itu haruslah sejalan, dari penguatan akan fondasi teologis hingga menurut Sholeh, A (2017) action dengan gagasan-gagasan yang progresif dan mencerahkan. Ini semua menjadi sebuah konsekuensi logis bahkan komitmen dalam menjalankan misi dakwah Muhammadiyah sebagai induk dari ortom yang sudah berkiprah 53 tahun ini.
            Semoga di tahun 2018 ini, semangat baru untuk lebih progresif, yang dengan kader IMM dapat mampu memaknai dan mengaplikasikan cita-cita luhur yang sudah diwariskan oleh para pendiri dan pejuang IMM dari masa ke masa, termasuk cita-cita luhur K.H. Ahmad Dahlan dan meneruskan pemikiran, gerakan nya dengan spirit tajdid Muhammadiyah. Sehingga, muncul bibit-bibit intelektual yang siap menjadi kader IMM yang Autentik.

            B. Melacak Substansi Kader Ikatan

            Menjadi bagian dari IMM, penulis memaknai bahwasanya corak IMM dibarengi juga dengan pemahaman mendalam dari seorang kader. Bangun pemahaman yang kuat, bangun kepercayan diri yang kuat, bumikan semangat literasi, bangun jaringan pertemanan yang luas dengan kader-kader IMM se-Indonesia, bangun silahturahmi yang harmonis dan tingkatkan ukhuwah Islamiyah, jadilah kader IMM yang aktif, responsif, progresif, prestatif dan tentunya kompetitif, sehingga mempunyai keunggulan diri yang baik dan daya saing yang tinggi untuk ada dalam era modern saat ini, jangan lupakan agama, juga tidak lupa tingkatkan gerakan IMM sesuai ideologi dan gerakan IMM itu sendiri dengan berpatokan pada amar ma’ruf nahi munkar, dan terakhir, menjunjunng, serta menerapkan “Fastabiqul khairat” yaitu berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Kemudian pada mengaktulisasikan sebuah janji, sumpah, loyalitas, kekeluargaan akan menjadi bagian dari kehidupan sebenarnya. Seperti ungkapan Amirullah (2016), ia menjelaskan bahwa, “Memahami bagaimana perkembangan pemikiran yang terjadi di dalam IMM, kematangan perjuangan IMM serta sikap kritis IMM yang selalu berusaha untuk mencari solusi terhadap problem-problem yang muncul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, senantiasa berdiri paling depan untuk melawan setiap bentuk kezholiman, bahkan tidak segan-segan untuk berhadapan secara diametral dengan penguasa, apabila dirasakan bahwa keputusan-keputusan yang diambil oleh penguasa tersebut tidak lagi sesuai dengan kepentingan rakyat. Kepada seluruh anggota, kader dan pimpinan IMM, kobarkan terus perjuangan humanisme-mu. Percayalah, “no sacrifies is wasted”  tidak ada pengorbanan yang sia-sia.” (Amirullah, 2016: 15-16).
            Disini dapat dipaparkan bahwasanya membubuhkan tentang ide dan gagasan bagaimana seharusnya kader-kader IMM memaksimalkan perannya di tengah-tengah dinamika kebangsaan yang demikian kompleks dewasa ini, namun juga menawarkan solusi-solusi segar untuk kemajuan gerakan IMM di masa depan. Selain mengajak untuk lebih memperdalam pengetahuan atau wawasan, terutama bagi mereka yang saat ini masih berjibaku sebagai aktivis gerakan Mahasiswa atau kepemudaan.
            Jika kita renungi dan pahami lebih mendalam dan dalam tataran makro cakupan nya seorang kader IMM pun juga sebagai penerus generasi bangsa yang cerah dan menjadikan bumi Indonesia ini berdaulat, seperti pada ungkapan Kakanda IMMawan Beni Pramula dalam buku Amirullah (2016), yaitu:
“Masa depan sebuah Bangsa sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya, agar dapat menjawab tantangan kebangsaan khususnya di abad ke 21. Etos kerja yang tinggi, sumberdaya diri yang mumpuni, cakrawala pandang yang luas tentang dinamika lingkungan strategis global, regional, dan nasional harus dimiliki oleh generasi muda penerus bangsa, bahwa sesungguhnya kompleksitas dan persaingan yang serba kompetitif dalam abad 21 menuntut IMM, sebagai organisasi kemahasiswaan terbesar di Indonesia, untuk dapat cepat beradaptasi dengan meningkatkan kualitas diri, produktifitas nilai-nilai religiusitas dan aktualisasi keilmuan. Oleh karena itu, IMM harus mampu merebut tantangan tersebut menjadi peluang untuk maju dalam rangka pengenjawantahan misi dakwah Muhammadiyah.” (Amirullah, 2016: 11-12)
            Maka, jelas dapat esensi seorang kader, lebih jauh kader bangsa. Seorang kader yang mana akan menjadi seorang pemimpin ummat dan memiliki loyalitas yang tinggi di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi agent of change atau pembawa perubahan dan juga harus mampu menjadi lokomotif of change atau penggerak perubahan. Seorang kader IMM, tidak cukup untuk mengetahui saja, melainkan perlunya mengetahui, mengerti, memahami dan terakhir mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ini sebagai upaya memperluas ekspansi dakwah, dibutuhkan seorang kader. Selain itu, kader-kader IMM ini sebagai penerus estafet kepemimpinan selainjutkan didalam internal IMM dari Komisariat-tingkat tertinggi DPP bahkan kedepannya kader IMM tidak menutup kemungkinan untuk mengisi garda-grada kepemimpinan dalam kabinet dan sistem pemerintahan di Indonesia karena kader IMM juga diharapkan menjadi kader bangsa yang menjungjung nilai-nilai nasionalisme. Korelasi dari tujuan diadakannya perkaderan dengan gerakan akan membentuk kader IMM ini dapat mengerti, memahami dan mengaplikasikan pemahaman-pemahaman IMM dari kulit luar hingga mendalam seperti pemahaman akan ideologi; Tujuan IMM, Tri Kompetensi Dasar IMM, Trilogi IMM, Nilai Dasar Ikatan, Profil Kader Ikatan, dalam menjalani perjuangan di IMM. Tujuan perkaderan itu melahirkan kader yang mana dapat melanjutkan gerakan IMM selanjutnya, tak lepas dari tujuan IMM tersebut yakni “Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mewujudkan tujuan Muhammadiyah”. Dan juga tidak terlepas dari nilai-nilai ideologi dan gerakan IMM. Pencapaian seorang kader yang militan dilandasi oleh dasar pemikiran dari kader tersebut, apakah ia mau bergerak maju/jalan di tengah jalan saja?.
            Segala aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas berorganisasi, aktifitas di kampus, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa pelunya disinergikan dengan baik. Oleh sebab itu, perlunya proses kaderisasi yang matang, sesuai dengan konsep alias tidak terlepas dari Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) IMM, Nilai Dasar Ikatan, Tri Kompetensi Dasar IMM, juga didasari oleh Tanfidz IMM. Sehingga, dalam pencapainnya seorang kader dapat menumbuhkan dan mengaplikasikan profil kader ikatan yang seperti apa yang dibentuk dan diharapkan untuk ikatan, persyarikatan, bangsa dan negara.

 “Jangan sekali-kali mengatakan cinta terhadap IMM. Sebelum mengetahui arti, makna, dan perjuangan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.”
IMMawan Nur Muhammad Majid Usrial
Ketua Umum PC IMM Jakarta Selatan Periode 2015-2017

Salam Ikatan,
IMM Jaya!
Billahi fi sabililhaq, fastabiqul khairat,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Daftar Pustaka
Amirullah. 2016. IMM Untuk Kemanusiaan: Dari Nalar ke Aksi. Jakarta: CV. Mediatama Indonesia
Mulkhan, Abdul Munir. 2015. Boeah Fikiran Kijai H. A. Dachlan. Jakarta: Global Base Review & STIEAD Press
Qorib, M, Yofiendi Indah, Zailani, et al. 2015. Dalam Suatu Masa: Kumpulan Tulisan Kader IMM UMSU. Jakarta: Global Base Review
Sholeh, A. 2017. IMM Autentik: Melacak Autentisitas dan Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Surabaya: PUSTAKA SAGA
Tarano, Rusdianto S, Muliansyah A.W. 2016. IMMawan Bung Karno: Novel Gerakan Kaum Merah dan Tanwir Perubahan. Jakarta: Global Base Review


[1] Ketua Bidang Organisasi PK IMM FISIP UHAMKA Jakarta Selatan Periode 2017-2018