A. Verifikasi Pemikiran
dan Gagasan Ahmad Sholeh, IMM Autentik
(2017)
Ahmad
Sholeh. Ia adalah Ketua Umum PC IMM Jakarta Timur periode 2016-2017. Ia
memberikan kontribusi nyata nya di IMM, yakni dengan hadirnya buku IMM
Autentik. Hasil buah karya selama menjalani ikatan. Menurutnya, Autentisitas gerakan IMM sejatinya
termaktub dalam cita-cita IMM baik yang terkandung dalam semboyan, nilai-nilai
perjuangan, tujuan Ikatan, maupun profil kader. Artinya, rumusan-rumusan
cita-cita IMM itu dapat terwujud seandainya nilai-nilai autentik yang
terkandung di dalam gerakan, baik secara filosofis maupun praktis, bisa
diwujudkan. Selanjutnya Sholeh mengatakan, membumikan IMM autentik adalah upaya
pemurnian (purifikasi) nilai-nilai perjuangan IMM dari tawaran zaman yang
semakin pragmatis dan meterialistis. Dan juga upaya pembaruan (tajdid) terhadap
pola-pola pendekatan dakwah, gerakan sosial, dan perkaderan yang setidaknya
mampu menjawab dinamika kekinian dan meujudkan tatanan kehidupan lebih
bernilai. Hal itu kemudian bisa dilakukan dengan pengkajian dan penggalian
secara mendalam terhadap cita-cita IMM secara universal, tujuan IMM, dan jejak
langkah perjuangan IMM yang termaktub dalam deklarasi dan nilai-nilai
perjuangan IMM. Wallau a’lam.
Melihat
pandangan IMMawan Sholeh, seakan menjadi tamparan keras bagi tubuh ikatan.
Persoalan kaderisasi, hingga pada gerakan nya. Menjadi perhatian untuk semua
kader IMM. Sholeh (2017) menawarkan dengan Autentisitas
(kemurnian) dan substansi gerakan IMM. Yang tentunya perlu digali dan dipahami
untuk kemudian dihayati dan dijadikan landasan bergerak. Kesadaran yang dipupuk
dikalangan kader IMM perlu digelorakkan, sehingga upaya-upaya kolaboratif,
partisipatif akan terlihat dan secara langsung seperti magnet yang menempel dan
menarik besi, dimaksudkan kader-kader IMM akan ikut dalam memasifkan pergerakan
dalam tubuh ikatan. Yang penulis maknai sebagai, “Kesadaran individu, yang
kemudian menjadi kesadaran kolektif.”
Semangat
tajdid IMM, dan kemurnian dalam ide, gagasan serta gerakan yang kemudian
menjadi konstruksi kader ikatan. Sejalan
dengan pernyataan Ahmad Sholeh (2017), “Untuk itu, IMM kemudian perlu melakukan
tajdid dan purifikasi, sebagai tradisi gerakan”. Lebih lanjut, pernyataan Ketua
Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam
IMM Autentik (2017) menegaskan bahwa, “Kalau ada orang yang mengatakan
kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka yang bertanggungjawab adalah IMM”. (Sholeh,
A, 2017: 7) Bukan tanpa alasan penegasan dari Pak Haedar Nashir terkait IMM, yang
mana ini menjadi bahan refleksi bagi kader IMM terkait bagaimana tradisi
religiusitas-humanis-intelektualitas menjadi tumpu spirit berkemajuan
autentisitas dalam bergerak. Maka, penulis mengkolaborasikan ide-ide, gagasan
Amirullah & Ahmad Sholeh terkait bagaimana kepekaan seorang kader yang
disuguhkan pada tradisi jangka pendek, yang kemudian terefleksikan dengan
semangat tajdid yang pada akhirnya pada purifikasi dengan upaya pemurnian
ide-ide gerakan (pengembalian) nilai-nilai IMM dan cita-cita luhur K.H. Ahmad
Dahlan. Dengan mengembalikan khittah perjuangan IMM didasari nilai-nilai
tersebut menjadi sebuah formula yang mencerahkan dalam melandasi kader IMM
dalam bergerak. Tentunya, hal tersebut menjadi nadi dan nafas kader IMM dalam
bergerak, hingga berdiaspora (diaspora kader).
Maka,
sangat disayangkan kader IMM yang belum memaknai ruh gerakan IMM yang murni
(pemaknaan hingga praksis gerakan IMM) dalam nilai-nilai IMM. Artinya, sebagai
cendekiawan haruslah mampu menerjemahkan nilai-nilai luhur IMM dan cita-cita
K.H. Ahmad Dahlan., sehingga upaya-upaya kesadaran IMM Autentik ini tidak
sekadar wacana, terlebih tidak putus pada pemahaman sang penulis gagasan
tersebut, melainkan tersemat dalam diri kader ikatan dimanapun berada, dengan sebuah
konsep gerakan yang massif dan memiliki andil kuat dalam mengemban dakwah
pencerahan sesuai tujuan Muhammadiyah.
Sejatinya
di dalam Anggaran Dasar sudah sewajarnya sebagai kader IMM secara langsung
untuk mengaplikasikan tujuan tersebut dalam sebuah program yang berorientasi
pada Amar ma’ruf nahi munkar. Selaras dengan itu, “IMM pada masa sekarang
dihadapkan pada persoalan kebangsaan yang semakin tidak kondusif”, (Qorib, M,
et al, 2015: 19). Artinya bahwa persoalan demi persoalan hingga kini yakni pada
persoalan kebangsaan menyangkut pemahaman kader-kader IMM pada kepekaan sosial
kemasyarakatan, juga dilandasi oleh nilai-nilai murni IMM, lagi-lagi masih jauh
dari harapan.
Meninjau
dalam tataran konseptual, IMM memiliki sebuah nilai-nilai yang sangat
komprehensif. Nilai-nilai ikatan yaitu Tri Komptenesi Dasar IMM yaitu
Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas. Trilogi IMM yaitu Keagamaan,
Kemasyarakatan, Kemahasiswaan. Disadari atau tidak, IMM memiliki konsep yang
khas dibanding pola gerakan lain. Ini yang sebetulnya, IMM harus berdiri dengan
kokoh ditengah dinamika zaman, merespons berbagai persoalan yang hadir karena
IMM lahir bukan untuk eksistensi, melainkan untuk kontribusi nyata untuk ummat.
Sebuah respon sosial dan kebangsaan, tidak terlepas jika kita memahami awal
terbentuknya dan sejarah perjuangan, maupun pergerakan IMM. Hanya saja, pada
saat sekarang penulis dan semua kader IMM pun sekiranya menyadari bahwa ketiga
dasar yaitu Tri Komeptensi Dasar dan Trilogi Ikatan dalam pelaksanaannya masih belum
sampai pada harapan yang lebih nyata.
Selain
itu, jika ditelisik lain daerah, lain pula keunggulan dan permasalahan yang
dialami, mulai dari tingkat komisariat sampai tingkat Dewan Pimpinan Pusat.
Jika penulis lihat di dalam tataran komisariat penulis pun melihat sekiranya
pemahaman akan ideologis dan gerakan IMM masih pada tataran mengetahui dan
mengetahui serta menjalankan program kerja-program kerja saja tanpa adanya output yang nyata, bahkan berkelanjutan
dalam menjalankannya. Output yang
jelas disini yakninya memberikan sumbangsih kepada ummat dalam segi kebutuhan
yang diperlukan. Hanya seolah menjadi Event
Organizer dalam sebuah acara-acara saja. Di buktikan kembali, jika dilihat
pemahaman tentang ke-IMMan pun seorang kader IMM yang penulis lihat, belum berada
dalam taraf ia menjadi seorang kader yang militan. Tidak sedikit yang kurang
memahami arti IMM itu sendiri padahal mereka sudah melewati jenjang perkaderan,
Darul Arqam Dasar hingga menjadi Pengurus.
Artinya,
pernyataan-pernyataan diatas, muatan substansi tubuh ikatan yang autentik itu belum
dipahami mendalam oleh sebagian kader IMM. Jika kita melihat realitas hingga
kini, kajian/diskusi tentang ikatan khususnya dalam gerakan ikatan sangat
minim. Militansi kader diwujudkan dalam bentuk tradisi intelektual masih
tergolong minim. Penulis sebut dengan kering intelektualitas kader. Padahal,
Ahmad Sholeh di dalam bukunya IMM
Autentik (2017) mengatakan, IMM mampu menghasilkan ‘sesuatu’ alias produk
intelektualnya. Maka, agenda-agenda mengaksikan slogan IMM adalah sebuah
konsekuensi logis untuk mewujudkan cita-cita besar IMM. Oleh karena itu,
identitas IMM yang niscaya terefleksikan dalam praksis gerakan IMM, dan menurut
IMMawan Sholeh di dalam IMM Autentik (2017) dalam merespons realitas, kader IMM
memiliki bekal fondasi teologis (Al-Quran dan sunah) serta fondasi teoritis
(logis, reflektif, metodis), yang sejalan dengan kebutuhan zaman. Terakhir, semua
itu haruslah sejalan, dari penguatan akan fondasi teologis hingga menurut
Sholeh, A (2017) action dengan
gagasan-gagasan yang progresif dan mencerahkan. Ini semua menjadi sebuah
konsekuensi logis bahkan komitmen dalam menjalankan misi dakwah Muhammadiyah
sebagai induk dari ortom yang sudah berkiprah 53 tahun ini.
Semoga
di tahun 2018 ini, semangat baru untuk lebih progresif, yang dengan kader IMM
dapat mampu memaknai dan mengaplikasikan cita-cita luhur yang sudah diwariskan
oleh para pendiri dan pejuang IMM dari masa ke masa, termasuk cita-cita luhur K.H.
Ahmad Dahlan dan meneruskan pemikiran, gerakan nya dengan spirit tajdid
Muhammadiyah. Sehingga, muncul bibit-bibit intelektual yang siap menjadi kader
IMM yang Autentik.
B. Melacak Substansi Kader Ikatan
Menjadi
bagian dari IMM, penulis memaknai bahwasanya corak IMM dibarengi juga dengan
pemahaman mendalam dari seorang kader. Bangun pemahaman yang kuat, bangun
kepercayan diri yang kuat, bumikan semangat literasi, bangun jaringan
pertemanan yang luas dengan kader-kader IMM se-Indonesia, bangun silahturahmi
yang harmonis dan tingkatkan ukhuwah Islamiyah, jadilah kader IMM yang aktif,
responsif, progresif, prestatif dan tentunya kompetitif, sehingga mempunyai
keunggulan diri yang baik dan daya saing yang tinggi untuk ada dalam era modern
saat ini, jangan lupakan agama, juga tidak lupa tingkatkan gerakan IMM sesuai
ideologi dan gerakan IMM itu sendiri dengan berpatokan pada amar ma’ruf nahi
munkar, dan terakhir, menjunjunng, serta menerapkan “Fastabiqul khairat” yaitu
berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Kemudian pada mengaktulisasikan sebuah
janji, sumpah, loyalitas, kekeluargaan akan menjadi bagian dari kehidupan
sebenarnya. Seperti ungkapan Amirullah (2016), ia menjelaskan bahwa, “Memahami
bagaimana perkembangan pemikiran yang terjadi di dalam IMM, kematangan
perjuangan IMM serta sikap kritis IMM yang selalu berusaha untuk mencari solusi
terhadap problem-problem yang muncul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
senantiasa berdiri paling depan untuk melawan setiap bentuk kezholiman, bahkan
tidak segan-segan untuk berhadapan secara diametral dengan penguasa, apabila
dirasakan bahwa keputusan-keputusan yang diambil oleh penguasa tersebut tidak
lagi sesuai dengan kepentingan rakyat. Kepada seluruh anggota, kader dan
pimpinan IMM, kobarkan terus perjuangan humanisme-mu. Percayalah, “no
sacrifies is wasted” tidak ada
pengorbanan yang sia-sia.” (Amirullah, 2016: 15-16).
Disini
dapat dipaparkan bahwasanya membubuhkan tentang ide dan gagasan bagaimana
seharusnya kader-kader IMM memaksimalkan perannya di tengah-tengah dinamika
kebangsaan yang demikian kompleks dewasa ini, namun juga menawarkan
solusi-solusi segar untuk kemajuan gerakan IMM di masa depan. Selain mengajak
untuk lebih memperdalam pengetahuan atau wawasan, terutama bagi mereka yang
saat ini masih berjibaku sebagai aktivis gerakan Mahasiswa atau kepemudaan.
Jika
kita renungi dan pahami lebih mendalam dan dalam tataran makro cakupan nya
seorang kader IMM pun juga sebagai penerus generasi bangsa yang cerah dan
menjadikan bumi Indonesia ini berdaulat, seperti pada ungkapan Kakanda IMMawan
Beni Pramula dalam buku Amirullah (2016), yaitu:
“Masa depan
sebuah Bangsa sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya, agar dapat
menjawab tantangan kebangsaan khususnya di abad ke 21. Etos kerja yang tinggi,
sumberdaya diri yang mumpuni, cakrawala pandang yang luas tentang dinamika
lingkungan strategis global, regional, dan nasional harus dimiliki oleh
generasi muda penerus bangsa, bahwa sesungguhnya kompleksitas dan persaingan
yang serba kompetitif dalam abad 21 menuntut IMM, sebagai organisasi kemahasiswaan
terbesar di Indonesia, untuk dapat cepat beradaptasi dengan meningkatkan
kualitas diri, produktifitas nilai-nilai religiusitas dan aktualisasi keilmuan.
Oleh karena itu, IMM harus mampu merebut tantangan tersebut menjadi peluang
untuk maju dalam rangka pengenjawantahan misi dakwah Muhammadiyah.” (Amirullah, 2016: 11-12)
Maka,
jelas dapat esensi seorang kader, lebih jauh kader bangsa. Seorang kader yang
mana akan menjadi seorang pemimpin ummat dan memiliki loyalitas yang tinggi di
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi agent
of change atau pembawa perubahan dan juga harus mampu menjadi lokomotif of change atau penggerak
perubahan. Seorang kader IMM, tidak cukup untuk mengetahui saja, melainkan
perlunya mengetahui, mengerti, memahami dan terakhir mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Ini sebagai upaya memperluas ekspansi dakwah, dibutuhkan
seorang kader. Selain itu, kader-kader IMM ini sebagai penerus estafet
kepemimpinan selainjutkan didalam internal IMM dari Komisariat-tingkat
tertinggi DPP bahkan kedepannya kader IMM tidak menutup kemungkinan untuk
mengisi garda-grada kepemimpinan dalam kabinet dan sistem pemerintahan di
Indonesia karena kader IMM juga diharapkan menjadi kader bangsa yang
menjungjung nilai-nilai nasionalisme. Korelasi dari tujuan diadakannya
perkaderan dengan gerakan akan membentuk kader IMM ini dapat mengerti, memahami
dan mengaplikasikan pemahaman-pemahaman IMM dari kulit luar hingga mendalam
seperti pemahaman akan ideologi; Tujuan IMM, Tri Kompetensi Dasar IMM, Trilogi
IMM, Nilai Dasar Ikatan, Profil Kader Ikatan, dalam menjalani perjuangan di
IMM. Tujuan perkaderan itu melahirkan kader yang mana dapat melanjutkan gerakan
IMM selanjutnya, tak lepas dari tujuan IMM tersebut yakni “Mengusahakan
terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mewujudkan
tujuan Muhammadiyah”. Dan juga tidak terlepas dari nilai-nilai ideologi dan
gerakan IMM. Pencapaian seorang kader yang militan dilandasi oleh dasar
pemikiran dari kader tersebut, apakah ia mau bergerak maju/jalan di tengah
jalan saja?.
Segala
aktifitas kehidupan kader IMM baik dalam konteks aktifitas berorganisasi, aktifitas
di kampus, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa pelunya disinergikan dengan baik.
Oleh sebab itu, perlunya proses kaderisasi yang matang, sesuai dengan konsep
alias tidak terlepas dari Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) IMM, Nilai Dasar
Ikatan, Tri Kompetensi Dasar IMM, juga didasari oleh Tanfidz IMM. Sehingga,
dalam pencapainnya seorang kader dapat menumbuhkan dan mengaplikasikan profil
kader ikatan yang seperti apa yang dibentuk dan diharapkan untuk ikatan,
persyarikatan, bangsa dan negara.
“Jangan
sekali-kali mengatakan cinta terhadap IMM. Sebelum mengetahui arti, makna, dan
perjuangan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.”
IMMawan Nur Muhammad Majid Usrial
Ketua Umum PC IMM Jakarta Selatan Periode 2015-2017
Salam Ikatan,
IMM Jaya!
Billahi fi
sabililhaq, fastabiqul khairat,
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Daftar Pustaka
Amirullah. 2016. IMM
Untuk Kemanusiaan: Dari Nalar ke Aksi. Jakarta: CV. Mediatama Indonesia
Mulkhan, Abdul Munir. 2015. Boeah Fikiran Kijai H. A. Dachlan. Jakarta: Global Base Review
& STIEAD Press
Qorib, M, Yofiendi Indah, Zailani, et al. 2015. Dalam Suatu Masa: Kumpulan Tulisan Kader IMM
UMSU. Jakarta: Global Base Review
Sholeh, A. 2017. IMM
Autentik: Melacak Autentisitas dan Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah. Surabaya: PUSTAKA SAGA
Tarano, Rusdianto S, Muliansyah A.W. 2016. IMMawan Bung Karno: Novel Gerakan Kaum Merah
dan Tanwir Perubahan. Jakarta: Global Base Review